Nilai Rupiah Merosot, Dedi Mulyadi Serukan Stop Impor

oleh
Dedi Mulyadi Sikapi tergerusnya rupiah terhadap dolar, Rabu (5/9/2018)

PURWAKARTA – Fenomena tergerusnya rupiah atas dollar hingga menembus angka 15 ribu per dolar mengundang perhatian berbagai pihak. Salah satunya, Ketua DPD Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Untuk menyikapi, Dedi mengatakan, harus setop impor !, karena masih banyak kebutuhan domestik yang sebenarnya masih bisa dipenuhi produksi dalam negeri sendiri. Karena itu, tidak harus melalui mekanisme impor.

“Impor yang besar akan mengakibatkan kebutuhan terhadap dollar meningkat. Ini bisa semakin menekan mata uang rupiah. Saya kira setop (impor) dulu,” tandas Dedi di kediamannya, Desa Sawah Kulon, Kecamatan Pasawahan, Purwakarta, Rabu 5/9/2018 siang.

Selain itu, mantan Bupati Purwakarta dua periode itu menyebut pentingnya peningkatan produksi barang dan jasa dalam negeri. Hal ini dalam rangka pemenuhan kebutuhan domestik sendiri. Selain itu, surplus produksi itu dapat disalurkan dalam rangka peningkatan nilai ekspor.

“Kemampuan produksi domestik seperti industri kecil, perkebunan dan industri kreatif harus dilakukan. Ada dua manfaat, pertama untuk kebutuhan dalam negeri, kedua bisa diekspor. Ada nilai strategis untuk meningkatkan performa fundamen ekonomi kita,” ujarnya.

Peraih hatrick opini WTP selama menjadi Bupati Purwakarta itu juga menjelaskan selain menganalisa aspek moneter, juga menjelaskan aspek fiskal. Menurutnya, APBN dan APBD harus dikelola secara efektif dalam rangka antisipasi penurunan pendapatan.

Kegiatan seremonial dan rapat-rapat sosialisasi juga Dedi katakan sebaiknya ditunda atau dilaksanakan dengan tanpa biaya. Termasuk berbagai kegiatan rutin yang tidak menyentuh kebutuhan masyarakat secara langsung harus dikurangi.

“APBN dan APBD harus fokus untuk pembiayaan hal-hal yang penting saja. Kurangi kegiatan-kegiatan diskusi dan pengadaan seragam. Ini untuk antisipasi kalau-kalau terjadi penurunan pendapatan,” katanya.

Merubah Gaya Hidup Konsumtif

Hal lain selain pendekatan struktural, Dedi juga menawarkan solusi berupa pendekatan kultural. Menurut Dedi, pemimpin lembaga negara, para politisi dan keluarganya harus memberikan teladan. Sikap konsumtif selama ini menjadi ciri khas individu yang berasal dari kalangan tersebut.

“Hidup hemat dan kurangi pelesiran ke luar negeri. Langkah-langkah menebar empati saya kira lebih bagus,” tuturnya.

Kebiasaan ‘beternak’ mata uang dollar juga menjadi perhatian Dedi, meskipun Dedi juga menyebut fenomena itu sulit dihilangkan di kalangan pengusaha, tetapi bisa diminimalisir terutama di kalangan pejabat.

“Nah, kecintaan terhadap rupiah menjadi penting. Kalau untuk pengusaha mungkin tidak bisa 100% karena mereka membutuhkan untuk transaksi usaha. Untuk pejabat, saya kira itu sangat bisa,” pungkasnya.

Penulis: M. Dofir Ibrahim, Humas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *