CIAMIS – Endin Lidinillah, Akademisi asal Ciamis dalam tulisan singkatnya sebagai kritik Forum Konsultasi Publik Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Ciamis 2024 yang diedit Dewan Redaksi kontenindonesia.com mempertanyakan kemana DPRD selama ini lantaran Ketua DPRD Ciamis pada sambutannya mengkritik habis kebijakan pemerintah.
“Ketua DPRD dalam sambutannya mengkritik habis kebijakan pemerintah yang memposisikan rakyat untuk tidak mandiri, tergantung, manja, disuapi dengan bantuan sosial instan yang tidak menyelesaikan akar masalah. Dus, pemerintah memposisikan dirinya sebagai subjek, tempat bergantung, yang punya lakon, dst” tulis Lidinillah.
Isi sambutan Ketua DPRD dianggap agak menggelitik, “DPRD kan bagian dari sistem pemerintahan saat ini. Lalu ke mana saja DPRD selama ini? sejatinya karena berada di dalam dengan segala kewenangannya, semestinya bisa mengevaluasi dan mengubah kebijakan yang kurang tepat tersebut” ujarnya agar DPRD tidak menjadikan forum konsul publik sebagai ampli player ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pemerintah pusat.
“Bupati disamping menyinggung kembali term Duduk manis (Duknis), juga minta masyarakat untuk memberikan kritik konstruktif terhadap kebijakan pembangunan yang dilaksanakan Pemda” tulis Endin. Dari sambutan Bupati pada Konsultasi Publik Ranwal RKPD secara daring, Senin pagi (30/1/2023) ia merasa tergerak untuk menuangkan kritik melalui tulisan.
Sejak 2020- 2023, Isu strategis Pembangunan Ciamis berkutat pada 6 hal yang sama: Peningkatan kualitas SDM, pertumbuhan ekonomi & pemerataan kesejahteraan, peningkatan kualitas dan pemanfaatan infrastruktur untuk pengembangan wilayah, peningkatan kinerja pemda dan pemdes, peningkatan kualitas Lingkungan Hidup, dan penanggulangan bencana serta penanggulangan kemiskinan, pengangguran dan masalah- masalah sosial.
“Walaupun isu strategis tersebut diklaim berangkat dari permasalahan-permasalahan yang real dihadapi, tetapi betulkah permasalahan tersebut merupakan akar, atau hanya batang, ranting bahkan buah masalah? sehingga, karena yang diselesaikan bukan akarnya, maka permasalahan- permasalahan tersebut tak kunjung selesai, terulang setiap tahunnya” tulis Endin Lidinillah.
Diluar itu semua, memang posisioning rakyat dalam organ suatu negara harus dievalusi dengan paradigma filsafat organisasi. “Kalau organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih yang sepakat bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu, sudahkah rakyat Ciamis mengetahui dan memahami tujuan bersama tersebut?” tulisnya.
“Berapa % dari 1,4 juta penduduk Ciamis (khususnya yang sudah punya hak pilih) yang tahu visi HY (Herdiat Yana / Bupati -Wabup Ciamis) Mandiri Ekonomi Sejahtera Untuk Semua?” tulisnya, pertanyaan tersebut patut dimunculkan karena pada saat memilih HY tidak semuanya memilih secara rasional berdasarkan visi, tetapi ada yang memilih secara emosional dengan berbagai bentuknya.
Padahal kita tahu, ujarnya pelaksanaan pembangunan tanpa partisipasi rakyat dipastikan tidak akan berhasil optimal. Lalu bagaimana rakyat akan berpartisipasi ketika tidak tahu, tidak paham ke mana dia akan dibawa oleh pemimpinnya lewat visi misinya saat kampanye, “Bagaimana rakyat punya sense of belonging dan sense of responsibility ketika dia tidak paham tujuan dan langkah- kangkah yang sedang dikerjakan pemimpinnya”.
Karenanya, menurut Akademisi ini akar permasalahan pembangunan di Ciamis adalah rendahnya unity visi antara pemda dengan rakyatnya. Akibatnya, pemda sering berjalan sendirian karena masyarakatnya kurang partisipatif.
6 isu strategis RKPD Ciamis di atas, setidaknya sejak 2020- 2023 belum cukup untuk bisa mengakselerasi kesejahteraan sebagai tujuan pembangunan karena premis mayornya berangkat dari batang, ranting dan buah masalah, bukan dari akarnya.
“Perjalanan penyusunan RKPD 2024 ini masih panjang, mari sharing dan berdialektika proposisi ini: betulkah akar masalah pembangunan Ciamis itu adalah kurangnya unity (kesatuan) visi antara pemda dengan masyarakatnya sehingga isu strategis pertama yang harus ditulis di RKPD 2024 itu adalah PERTUMBUHAN KESATUAN VISI ANTARA PEMDA DENGAN MASYARAKAT UNTUK PENGUATAN PENTAHELIX DALAM PEMBANGUNAN YANG PARTISIPATIF.” pungkasnya.
Editor : Abraham Mahmoud