CIAMIS – Drama sinetron pendidikan kembali tayang di Ciamis. Kali ini bintangnya adalah Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah XIII Jawa Barat yang dituding lebih sering “ghosting” undangan Pemkab daripada hadir secara nyata.
Panggung ketegangan memuncak saat pembukaan Expo Pendidikan 2025, di mana KCD XIII dituding absen tanpa kabar, seolah pendidikan bukan urusan bersama tapi hanya milik satu pihak saja.
Bupati Ciamis, Dr. H. Herdiat Sunarya pun tak bisa menahan rasa kecewa. Undangan resmi yang seharusnya jadi ajang sinergi, malah seperti dilempar ke lubang hitam. “Kami undang, yang datang malah stand,” begitu kira-kira bisikan halus yang mengiringi suasana aula.
Namun tunggu dulu, pihak KCD ternyata tak tinggal diam. Klarifikasi datang dari Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Rudianto, yang buru-buru meredakan tensi. “Kami hadir kok, cuma bukan Bu Kepala, karena beliau sedang Diklat PIM di BKD. Kami bahkan pasang dua stand,” katanya, penuh semangat saat dikonfirmasi Ikhwal ketidakhadiran pada expo pendidikan, Rabu (18/05/2025).
Sayangnya, dua stand itu rupanya belum bisa menjawab daftar hadir. Rebecca, staf yang menjaga stand, disebut sedang sibuk beres-beres hingga tak sempat muncul di sesi absensi. “Ia mengejar Bupati ke parkiran,” pembelaan Kasubag TU yang katanya mendapat laporan. Ya, betul, klarifikasi kelembagaan kini bisa dilakukan secara drive-thru.
“Begitu tahu namanya tak disebut, Bu Rebecca langsung mengejar Pak Bupati di mobil. Mungkin berharap klarifikasi bisa langsung disampaikan dari balik kaca mobil yang terbuka sedikit,” begitu kira-kira ujar Rudianto saat dikonfirmasi awak media yang disajikan dengan gaya naratif penuh nuansa permohonan maaf.
Rudianto pun mengakui, komunikasi dengan Pemkab perlu ditingkatkan. Apalagi struktur di KCD XIII tergolong langka, hanya dua pejabat struktural: kepala dan dirinya sendiri. Lainnya? Ya staf biasa, dan tenaga honorer yang kadang harus rangkap tugas jadi penjaga stand, kurir surat, hingga pelari absensi – ya ini perlu dicari tahu juga kebenarannya.
Tak hanya dengan eksekutif, kisah salah paham juga terjadi dengan DPRD. Undangan nyasar, jadwal bentrok, dan surat yang terbaca sebagian, menjadi deretan alasan yang cukup panjang untuk menandingi naskah pidato kenegaraan.
Namun, tentu saja, semua tidak berakhir suram. “Kami tetap hormat pada Pemkab. Prinsip kami: di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” tutup Rudianto, dengan semangat sinergi sambil berharap tidak perlu lagi mengejar pejabat ke tempat parkir.
Sumber : liputan
Penulis : Abraham