Ritual Usir Pocong yang Digelar Pemdes Padomasan Picu Protes Warga

oleh
Beberapa warga Desa Padomasan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur, saat memprotes acara Ritual Usir Pocong yang digelar Pemdes Padomasan, di area TPU Padomasan, Minggu 17/01/2021. Foto : Evelyne Christanty

JEMBER – Isu adanya penampakan hantu pocong yang beredar di masyarakat membuat Pemerintah Desa (Pemdes) Padomasan, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur (Jatim) gelar ritual pengusiran mahluk halus tersebut, di Tempat Pemakaman Umum (TPU), malam Jum’at Legi 14/01/2021 lalu.

Menurut warga sekitar, tindakan Pemdes tersebut dinilai berlebihan dan juga dianggap tidak memiliki etika. Sementara, pihak Pemdes tersebut hanya bermaksud ingin meredakan issu terkait teror munculnya hantu pocong itu.

Pihak Pemdes tersebut bahkan telah mendatangkan ahli spiritual dari luar Kabupaten Jember, yang cukup memicu persoalan dan tanda tanya dikalangan warga Padomasan.

“Itu sah sah saja, tapi jangan terlau berlebihan, sampai mengundang seseorang dari luar kota yang katanya merasa mumpuni dibidangnya. Kalau cuma sekedar melakukan pengajian tahlilan dengan mengundang tokoh luar daerah, saya mendukung,” ungkap Sugeng Sampurna, salah seorang warga Desa Padomasan saat dikonfirmasi wartawan, Minggu 17/01/2021.

Sugeng berujar, menyikapi ritual dan sejauh mana keberadaan mahluk halus yang mengganggu, hal itu tergantung kepercayaan dari pribadi masing-masing warga. Namun yang perlu ditegaskan adalah soal etika.

“Masalah ritual sejauh mana adanya mahluk halus mengganggu, itu tergantung kepercayaan masing-masing warga. Namun perlu ditegaskan juga soal etika. Di Desa Padomasan sendiri keberadaan ahli spiritual atau istilah orang jawa menyebutnya sesepuh, sebenarnya sangat banyak.” kata Sugeng.

Sugeng juga mengatakan, kalau hanya ingin membuktikan keberadaan hantu pocong yang kabarnya bergentayangan dan mengganggu warga di sekitar makam dan ingin mengusirnya supaya kembali ke asalnya, saya siap jadi mediator jika diminta pihak desa.

“Kita harus punya etika, jadi tidak perluh jauh-jauh kita mendatangkan seseorang yang katanya dari Banyuwangi. Ini sama saja buang-buang energi, biaya dan tenaga,” tegas Sugeng.

Ritual pengusiran mahluk halus, dikatakan Sugeng, sebenarnya tidak perlu bersusah payah digelar di TPU yang akhirnya berpotensi menimbulkan kerumunan massa. Padahal saat ini Pemerintah sedang gencar-gencarnya menerapkan protokol kesehatan secara ketat, karena covid-19 belum mereda. Seharusnya ritual cukup digelar di desa saja dengan menghadirkan sedikit undangan.

“Kalau Pemerintah Desa sendiri ini menghadirkan ahli spiritual di TPU secara tidak langsung warga yang mendengar penasaran, yang pada akhirnya menjadi tempat berkumpulnya massa,” ujarnya.

Sugeng menyarankan, semestinya ritual cukup mengaji di Balai Dusun atau Balai Desa saja, tidak harus turun ke TPU yang lokasinya tepat di pinggir jalan. Karena ini berpotensi menimbulkan pertanyaan warga yang kebetulan lewat di depan makam, dan efeknya bisa timbul isu-isu tidak sedap.

“Namanya menetralisir itu tidak harus seperti itu, cukup beberapa orang datang tengah malam jam 1 sendirian atau berdua di dampingi saksi, itu sudah cukup. Yang saya maksud beliaunya yang diundang, jadi tidak harus seperti ini didampingi banyak orang,” katanya.

Sementara itu, Kepala Desa Padomasan, Trimanto menyampaikan, terkait pelaksanaan ritual pengusiran hantu pocong, itu semata-mata hanya untuk merespon desakan warga, agar pihak desa menetralisir area makam dari pengaruh mahluk halus yang selama ini isunya telah menteror warga Padomasan.

“Karena banyak yang curhat ke perangkat desa dan saya sendiri, saya tanggapi berarti ada tanggapan, itulah usaha saya dan perangkat untuk minta kepada yang maha kuasa biar padomasan kondusif,” kata Trimanto, saat dikonfirmasi kontenindonesia.com, Minggu 17/01/2021.

Trimanto menambahkan, ritual itu dalam rangka meminta kepada Yang Maha Kuasa, terutama dalam hal terkait masyarakat yang kabarnya ditemui hantu pocong atau kuntilanak, agar mereka tidak menemui masalah di kemudian hari.

“Pihak saya memang sengaja mengundang ahli spiritual dari Banyuwangi, hal ini karena tokoh sesepuh Desa Padomasan yang di undang jauh-jauh hari sebelumnya, malam itu beliaau berhalangan hadir karena sedang sakit.” terangnya.

Trimanto menambahkan, perihal kedatangan ahli spiritual dari Banyuwangi ke TPU dalam kegiatan yang dipersoalkan warga, yang bersangkutan hanya mampir saja. Kebetulan sedang mengunjungi salah satu teman dekatnya di Jombang dan kemudian diundang untuk diajak do’a bersama di TPU.

“Terkait kerumunan massa yang karena tempatnya di jalan poros dan akhirnya banyak orang yang bertanya-tanya, akhirnya banyak orang. Warga kok banyak sekali padahal saya tidak menghendaki seperti itu,” pungkasnya.

 

Reporter : Evelyne Christanty
Editor : Deni

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *