Temu Pisah Dinas Peternakan Ciamis: Sapi Surplus, Peternaknya Minus

oleh

CIAMIS – Dalam sebuah acara formal nan penuh senyum basa-basi di Balai Benih Ikan (BBI) Ciamis, Jumat (20/6/2025), mantan tokoh penting dunia peternakan lokal, Kuswara Suwarman, tiba-tiba menyulap podium jadi mimbar perlawanan. Dengan gaya khas Bupati Peternakan non-definitif ke-7, Kuswara menggelontorkan kritik yang lebih tajam dari taji ayam aduan.

“Peternakan kita katanya surplus, tapi peternaknya ke mana? Ayamnya banyak, yang miara enggak kelihatan. Apa jangan-jangan ayamnya miara diri sendiri?” celetuk Kuswara sambil tersenyum penuh arti.

Kehadiran para pejabat struktural dan ASN di acara temu pisah itu sontak berubah dari formal jadi harap-harap cemas. Apalagi ketika Kuswara menyinggung soal program ketahanan pangan berbasis Dana Desa yang menurutnya “Cuma hidup sebentar, lalu menghilang seperti mantan gebetan.”

Kuswara mengaku prihatin karena banyak program pengadaan ternak dari Dana Desa hanya bersifat “seremonial dan berakhir di laporan akhir tahun”. Ternak dikasih, pendampingan tak datang. Peternak kebingungan, sapi kelaparan, lalu satu per satu “sayonara”.

“Desa sering kerja sendiri, Dinasnya entah di mana. Sapi dikasih, ilmunya enggak. Mana cukup kasih pakan Cuma dari doa,” sindirnya.

Kuswara juga menyebutkan bahwa di beberapa tempat, ikan budidaya malah ‘mancing emosi’ karena air kolam tak layak, pakan mahal, dan pemasaran tanpa arah. “Kalau ikan bisa demo, pasti sudah demo ke kantor desa,” tambahnya.

Tak berhenti di soal teknis, Kuswara pun menampar halus para ASN. ASN diminta jadi kesatria, bukan sudra administrasi “Jangan Cuma jadi Sudra Administrasi yang sibuk tanda tangan dan fotokopi. Jadilah Kesatria yang mikir rakyat, bukan Cuma SPJ,” ucapnya, disambut tepuk tangan malu-malu.

Ia juga mengingatkan, jangan jadikan kata ‘efisiensi’ sebagai alasan untuk tidak turun ke lapangan. “Kalau alasannya efisiensi, lama-lama kita efisienkan keberadaan dinasnya sekalian,” tukas Kuswara, disambut senyum tegang para undangan.

Dengan gaya orasi yang setengah motivasi, setengah sindiran, Kuswara menutup sambutannya dengan ajakan untuk “Tiada Hari Tanpa Berkarya” meski realita di lapangan penuh ironi.

Acara yang seharusnya menjadi seremoni biasa itu pun berubah menjadi refleksi kolektif—bahwa surplus statistik bukan berarti sukses, dan sapi yang kenyang tak menjamin peternaknya senang.

 

 

Sumber : Liputan Exlusive

Editor : Abraham